BAB VIII
BAB VIII
SUKA DUKA GURU MADRASAH
Peralihan dari guru TK menjadi guru MI merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Saya harus menyesuaikan tingkat umur dan kelakuan siswa yang tentunya jauh berbeda antara siswa TK dan siswa MI. Tentu saja saya memperlakukan mereka juga berbeda. Untuk siswa TK, saya harus banyak bersabar dan banyak membantu aktifitas mereka dalam pembelajaran, media ajar pun harus betul-betul sudah dipersiapkan oleh guru, berbeda dengan siswa MI, mereka sudah bisa diajak bekerja sama dan mereka tidak mau dianggap anak kecil, untuk proses pembelajaran pun mereka bisa mempersiapkan media pembelajaran tentunya dengan arahan dari guru.
Mengajar siswa di daerah pedesaan dan di kota pun juga berbeda, kalau di pedesaan , guru harus pinter-pinter menterjemahkan ke dalam bahasa daerah, karena kebanyakan yang dipakai untuk bahasa sehari-hari adalah bahasa daerah yaitu bahasa Jawa, sedangkan untuk siswa di daerah kota, guru cukup menggunakan bahasa Indonesia, bahkan apabila guru menggunakan bahasa daerah para siswa cukup kebingungan, meskipun di sekolah ada pelajaran bahasa daerah.
Saya diangkat CPNS pertama kali di MI Muhammadiyah Kalibeber pada tahun 2009. MI Muhammadiyah Kalibeber terletak dekat dengan Kota Wonosobo, udaranya hangat dan sejuk kalau sore hari. Di Kalibeber ini merupakan tempat para santri menimba ilmu, banyak pondok pesantren. Pagi, siang ,sore dan malam hari di perempatan Kalibeber menggambarkan bahwa Kalibeber merupakan gudangnya para santri. Mereka berlalu lalang mencari makan, minum atau berbagai kebutuhan santri. Yang tidak kalah menariknya, ketika waktunya kepulangan santri maka jangan ditanya, kemacetan yang luar biasa mesti terjadi. MI Muhammadiyah Kalibeber berdiri diantara pondok pesantren NU yang ikut cukup andil dalam menyemarakkan kehidupan di Kalibeber. Disini kami bersama-sama mencerdaskan anak bangsa untuk menjadi insan yang berguna bagi Nusa dan bangsa. Perjalanan dari rumah ke MI ditempuh 2 kali, yang pertama naik kendaraan umum bus jurusan Dieng dengan arah kota Wonosobo, turun di Jawar, Kecamatan Mojotengah dengan membayar 4000 rupiah, diteruskan dengan kendaraan ojek dengan membayar 5000 rupiah. Ketika pulang pun, saya harus ngojek kemudian naik bus jurusan Dieng lagi. Kendalanya ketika harus pulang sore karena kegiatan di madrasah atau tugas memberi tugas tambahan les kepada siswa kelas 6. Ketika pulang sore, ojek yang dari Kalibeber sudah tidak ada, kalaupun ada di Pasar Kalibeber yang jauh. Maka saya sering jalan kaki menuju ke jalan raya Dieng sejauh 3 Km. Semua itu dijalani dengan hati ridho hanya mengharap ridho Allah SWT.
Di MI Muhammadiyah Kalibeber saya mengabdi selama 3 tahun lebih dari tahun 2009 akhir sampai pertengahan tahun 2012 . Saya ditugaskan mengajar kelas 2 dan sekaligus mengajar bahasa Inggris kelas 1 sampai kelas 6, untuk mengajar kelas 1 dan 3, biasanya kami sama guru saling ganti mapel di masing-masing kelas, misalnya hari Rabu saya ada kelas bahasa Inggris di kelas 1 , maka saya akan mengajar bahasa Inggris di kelas 1 dan guru kelas 1 menggantikan saya mengajar di kelas 2. Untuk kelas 4,5,6, saya mengajar siang hari, setelah anak-anak kelas 2 pulang.
Pada tahun 2012, saya dipindahtugaskan di MI Muhamadiyah Kejajar. Puji syukur saya ucapkan atas anugerah Allah yang telah mendekatkan tempat tugas mengajar saya. Di MI Muhammadiyah Kejajar, saya hanya perlu naik bus jurusan Dieng sekali saja menuju ke Desa Kejajar, itupun hanya membayar bus 2000 rupiah, setelah itu jalan sekitar 300 meter sudah sampai.
Saya menjalani menjadi guru di MI Muhammadiyah Kejajar dengan senang hati, apalagi saya bergabung dengan 2 anak saya yang kebetulan mereka masih menempuh pendidikan di MI Muhammadiyah Kejajar. Anak saya yang pertama Muhammad Ariiq masih di kelas 6 dan anak kedua saya Aan Taufiqul Haq yang masih di kelas 1 MI Muhammadiyah Kejajar.
Saya bersyukur sekali bisa mengajar di MI Muhammadiyah Kejajar, disamping tugas utama saya mengajar dan mendidik anak orang lain, tetapi bisa dekat dengan anak saya sendiri, walaupun mereka tidak diajar oleh saya, setidaknya ketika istirahat bisa melihat ibunya. Ketika saya di lain tempat, anak - anak saya hanya bertemu dengan saya sore hari sampai pagi menjelang berangkat sekolah dan hari Minggu tentunya.
Awal bertugas di MI Muhammadiyah Kejajar, saya mengajar kelas 2 selama 2 tahun, kemudian seterusnya saya mengajar kelas 4 sampai 3 tahun. Selama mengajar di kelas 4 ada banyak kejadian yang menyenangkan bahkan menyedihkan. Ada satu kejadian yang menyedihkan sekaligus horor. MI Muhammadiyah Kejajar merupakan sebuah MI di kota kecamatan yang mempunyai murid dikatakan banyak, karena lagi tahap rehab pembangunan kelas maka dengan sangat terpaksa, siswa kelas 4 yang dengan siswa cukup gemuk yaitu 39 dipindahkan ke sebuah gudang di salah satu rumah warga.
Dengan penuh semangat kami para guru dan siswa bahu membahu menata meja dan kursi di gudang yang telah disulap jadi ruang kelas. Akhirnya tercipta ruang kelas yang unik yang bersebelahan dengan gudang bibit kentang. Bagi saya cukup anak-anak bisa keluar masuk dan duduk di kursi dengan nyaman sudah cukup. Bahkan karena sempitnya tempat, meja guru tidak bisa ikut ditata di kelas. Meja guru berbarengan dengan meja siswa yang terdepan. Kegiatan belajar mengajar pun berjalan seperti biasanya, namun kadang-kadang terganggu dengan suara gaduh dan suara tangis anak yang punya rumah, kami pun maklum, kegiatan pembelajaran tetap berjalan dengan baik.
Pada suatu hari kami sedang pembelajaran di di kelas gudang, tiba-tiba ada salah satu anak yang berbisik ke temannya, dan mereka seketika menghadap ke bawah meja. Berbarengan mereka menjerit dan mengangkat kaki mereka ke atas kursi. Saya kira ada ular yang melintas di bawah meja, tapi ternyata mereka bertiga melihat sesuatu yang ganjil di bawah meja. Mereka melihat kepala manusia yang mengerikan di bawah meja. Katanya tergeletak di sebelah kaki saya. Tetapi ketika saya melihat ke bawah meja, tidak ada benda apapun. Mereka semakin heboh dan ketakutan, akhirnya kami membaca doa bersama dan memberi pengertian kepada mereka bahwa yang tadi memperlihatkan diri juga makhluk Allah, mungkin pengin kenalan dengan kita di kelas ini. Tetapi meskipun begitu, anak-anak sudah tidak bisa berkonsentrasi, akhirnya waktu yang tersisa seperempat lagi digunakan untuk istirahat di luar kelas. Ke esokan harinya, anak-anak masih ada yang ketakutan, tetapi saya yakinkan mereka bahwa tidak apa-apa asal kita selalu dzikir pada Allah, kita tidak boleh takut pada hantu, takutlah pada Allah semata. Hari berikutnya, kami belajar seperti biasanya sampai akhir semester. Dan Alhamdulillah kejadian seperti itu tidak terulang lagi.
Pada tahun 2017, saya dimutasi lagi ke MI Ma'arif Serangsari, Desa Serang, Kecamatan Kejajar, Kab. Wonosobo. Letak MI Ma'arif Serangsari lebih jauh dari MI Muhammadiyah Kejajar, berada sekitar 2 km kerah barat. Saya agak bingung mendapat tugas baru ini, sekaligus khawatir, sebab saya berasal dari MI Muhammadiyah, tetapi ditempatkan di MI Ma'arif. Saya takut tidak diterima di lingkungan MI Ma'arif. Saya dimutasi ke MI Ma'arif Serangsari ini karena di MI Ma'arif Serangsari kekurangan guru PNS sedangkan di MI Muhammadiyah Kejajar terlalu banyak guru PNS nya.
Hari pertama kedatangan ke MI Serangsari, saya berdebar debar, takut tidak diterima masyarakat dan guru-guru di MI Ma'arif Serangsari. Tetapi suami saya memberi semangat untuk berangkat. Dengan mengucap basmalah saya melangkahkan kaki saya menuju MI Ma'arif Serangsari untuk tatap muka terlebih dahulu. Sampai di MI Ma'arif Serangsari, saya disambut guru-guru di MI Ma'arif Serangsari dengan antusias, pada dasarnya kami sudah saling kenal cuma jarang berbincang-bincang dan tidak begitu akrab. Setelah menemui dan berbincang-bincang dengan Bapak Kepala Madrasah, Bapak Miftahudin, S.Pd.I. Kami menemui komite madrasah, Bapak Sabar Muhlasin. Ternyata Bapak Sabar Mukhlasin dulunya sebagai pengawas ppa di Kecamatan Kejajar, jadi Alhamdulillah kami sudah saling mengenal ketika saya menjadi guru Wiyata di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar. Saya dinyatakan diterima dengan senang hati, walaupun Bapak Sabar sendiri tau dan memahami bahwa saya berasal dari warga Muhammadiyah, tetapi mereka tidak memandang itu, yang penting mau bekerja dan memajukan madrasah bersama-sama. Saya pun menyetujui hal tersebut, karena sejatinya saya sebagai guru hanya ingin mencerdaskan dan membuat anak didik menjadi insan yang berakhlakul Karimah.
Hari Senin berikutnya saya sudah berangkat ke MI Ma'arif Serangsari sebagai guru tetap dengan tugas mengajar di kelas 4. Pada hari ini juga saya berkenalan dengan anak-anak dari kelas 1 sampai kelas 6, bertepatan dengan upacara bendera hari Senin. Mereka antusias mendapatkan guru baru.
Proses belajar mengajar pun saya jalani dengan senang hati, ada banyak halangan dan rintangan tetapi mampu saya hadapi dengan sabar. Di awal-awal bulan pertama saya sering masuk angin, mungkin karena saya yang tidak terbiasa naik ojek, harus naik ojek setiap hari berangkat dan pulangnya, karena memang udara di daerah Kejajar yang memang dingin, membuat saya harus ektra hangat ketika berangkat sekolah dengan menggunakan jaket tebal. Pulang sekolah pun kadang terkendala angkutan ojek, sering kali langganan ojek kami berhalangan, jadi mau tidak mau saya harus jalan kaki sampai 3 km menuju jalan raya untuk mendapatkan angkutan umum. Untungnya ada 2 teman kami yang sama-sama tidak bisa naik sepeda motor, sehingga ada teman untuk jalan.
Tahun demi tahun sudah berlalu, banyak suka dan duka yang telah dilalui. Saya mengajar kelas 4 menggunakan gedung baru yang berada di lantai 2, setiap hari ada kejadian yang aneh, tetapi saya pendam sendiri, tidak ada seorang murid ataupun guru yang tahu dan saya pun tidak pernah menceritakan peristiwa itu pada siapa pun. Setiap hari ketika saya baru mengajar, tepatnya di sekitar meja guru di kelas 4 selalu berbau harum kalau tidak ya berbau kencing. Berkali kali saya tanya ke murid-murid, siapa yang memakai minyak wangi, tidak ada yang mengaku, bahkan ketika saya cek satu per satu, betul-betul mereka tidak ada yang memakai parfum. Ketika bau kencing pun saya tanya ke murid-murid, siapa yang ngompol di kelas, merekapun jawab tidak ada, jadi saya berkesimpulan bahwa ada makhluk lain yang juga menghuni kelas kami.
Suatu hari kami lagi melakukan pembelajaran di kelas, kami baru menyanyi lagu-lagu daerah dengan riangnya, tiba-tiba salah satu dari anak didik kami teriak-teriak melihat bayangan orang besar yang mengerikan di papan tulis white board, tetapi setelah ditoleh ke belakang tidak ada oranyanya. Berkali kali menoleh dan melihat ke white board, tetap saja bayangannya ada tetapi tidak ada orangnya. Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan rukyah bersama. Kami baca istighfar 3 kali, membaca surah Al-fatihah, surah Al ikhlas, surah Al Falaq, surah an nas dan terakhir ayat kursi. Akhirnya bayangan di white board menghilang kata anak yang tadi lihat bayangan.
Di hari yang lain, anak yang butuh perhatian khusus, kami pisahkan tempat duduknya dekat dengan guru agar mudah pemantauannya, terapi kala itu, anak itu begitu ketakutan, sesekali tatapannya menuju ke atas lemari, ketika ditanya kenapa ketakutan, dia menjawab bahwa ada anak yang sedang duduk diatas lemari, kedua kakinya dibiarkan menggantung. Anak-anak yang lain pada menjerit dan ketakutan. Saya berusaha menenangkan mereka, agar tetap duduk rapi. Setelah mereka tenang, seperti biasa kami melakukan rukyah bersama, dan anak yang tadi duduk diatas lemari menghilang katanya.
Melihat fenomena tersebut, kami para guru memutuskan untuk melakukan pembacaan ayat Al Qur'an setiap hari di tiap kelas. Untuk kelas bawah cukup hafalan surat pendek dan untuk kelas atas wajib membaca Al Qur'an sebagai pembiasaan diri tiap pagi sebelum pembelajaran dimulai. Alhamdulillah, setelah pembiasaan itu dilakukan, tidak ada lagi makhluk halus yang mengganggu pembelajaran kami.
Komentar
Posting Komentar