BAB VII

 BAB VII

KISAH PERJALANAN MENJADI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA 


Setelah menikah, kami telah tinggal di Ajibarang, Kabupaten Banyumas hanya 2 hari, sekedar mengurus perlengkapan nikah yang belum selesai. Selanjutnya kami berangkat ke Wonosobo, tepatnya di rumah dinas pendidikan Kabupaten Wonosobo, di Dusun Wonosari, Desa Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Rumah kecil yang sangat sederhana dengan perabotan seadanya, kami arungi kehidupan rumah tangga dengan suka cita. 

Saya menghabiskan waktu satu Minggu bersama suami di desa nan sejuk dan asri, selanjutnya kami berpisah untuk sementara waktu, karena saya masih mempunyai tugas untuk menyelesaikan tugas akhir  skripsi. Saya terpaksa memakai KB kalender untuk menghindari kehamilan, karena tugas akhir yang belum selesai. Saya hanya akan menemui suami apabila di jadwal kalender  benar-benar aman artinya masa subur saya sudah berlalu. Hal itu kami lakukan hampir selama 7 bulan.

Selama 7 bulan, saya berjuang menyelesaikan skripsi sekaligus ujian skripsi. Akhirnya semua selesai, sambil menunggu jadwal wisuda, saya kembali ke Wonosobo untuk mengabdikan hidup untuk suami tercinta. 

Rumah dinas pun pindah lagi karena ada kabar katanya tanah yang dipakai rumah dinas mau digusur digunakan untuk membangun kecamatan. Dengan rela hati, kamipun pindah di rumah dinas belakang Mts Ma'arif Kejajar, Kab. Wonosobo. Disini kami mempunyai tetangga yang banyak, jadi tidak kesepian. Tidak lama berselang, rumah dinas yang baru saja kami tinggalkan porak poranda terkena angin puting beliung, kami bersyukur sudah pindah dari situ.

Disinilah kami mulai hidup berumah tangga sebenarnya. Kami hidup dari hanya dari gaji suami yang tidak seberapa, Alhamdulillah kami hidup di desa, jadi sekedar sayur mayur kami tidak pernah beli, banyak tetangga yang rata-rata berprofesi sebagai petani memberikan sayuran cuma-cuma. Kami juga mempunyai tetangga -tetangga yang sangat baik dan super ramah. Asal kita mau mengimbangi mereka dengan bertegur sapa, maka akan mudah semuanya. Pasti mereka mau berbuat baik pada kita. Di rumah dinas yang kedua ini, saya mulai merasakan kehamilan yang pertama, perasaan mual, pusing mau muntah tetap dinikmati tanpa keluh kesah, karena kami jauh dari keluarga, hanya suami yang setia menemani perjalanan sulit awal kehamilan.

Di usia kehamilan empat bulan, kami mendapat kabar gembira, suami lulus S1 dan melaksanakan wisuda di Bantul Yogyakarta. Pada kehamilan yang ke 6 bulan, saya menyusul wisuda di Auditorium Universitas Negeri Yogyakarta.

Waktu berjalan, tragedi perpindahan rumah terjadi lagi, lagi-lagi rumah dinas digusur untuk membuat lapangan. Kami pun berusaha mencari kontrakan. Kami temukan sebuah rumah kontrakan yang sangat nyaman, kata yang punya kontrakan, kayanya rumah itu mau dijual dan apabila jadi dijual, maka kami yang akan ditawari pertama kali. Rasa sedih  dan kepayahan karena usia kehamilan 9 bulan, saya berbenah barang-barang dan pindah ke rumah kontrakan. Rencananya kami mau mengontrak rumah itu selama 2 tahun sambil menunggu yang punya rumah menjual dan kami berniat sekali untuk membelinya. 

Di rumah kontrakan ini anak pertama kami lahir. Malam itu tanggal 2 Mei 2001, saya merasakan perut saya mules sekali, tidur tidak nyenyak, miring kanan salah, miring kiri salah. Malam terasa lama.

Pagi hari pun tiba, saya adukan keluhan itu pada suami. Suami langsung tanggap, setelah sholat subuh kami memeriksakan kandungannya pada seorang bidan. Bu Musqodimah nama bidan itu. Setelah dicek ternyata benar bahwa itu tanda-tanda kelahiran, tetapi baru pembukaan 1. Oleh Bu bidan disarankan untuk menunggu di rumah bersalin saja, tetapi kami  memutuskan untuk kembali lagi ke rumah. Katanya sebelum sakitnya parah banget maka bayi belum mau keluar. 

Sore hari, kami kembali ke rumah bersalin. Setelah dicek ternyata baru pembukaan 2. Saya tetap menunggu pembukaan sambil berjalan-jalan disekitar rumah bersalin. Setelah hampir 2 jam saya berjalan-jalan, perut saya terasa sakit yang amat sangat. Suami saya segera memanggil Bu bidan dan langsung mengecek dan sudah pembukaan 8, saya tidak diperbolehkan jalan-jalan lagi, karena tinggal menunggu 2 pembukaan lagi katanya tidak lama. Setelah menunggu 20 menit, saya merasakan mau buang air besar, saya minta ijin ke Bu bidan untuk ke kamar mandi, tetapi tidak diperbolehkan, katanya itu tanda bayi mau keluar, saya malah disuruh untuk siap-siap melahirkan. Dengan rasa yang entah apa, saya terus berdoa semoga kuat melahirkan anak pertama kami. Proses melahirkan pun saya jalani, berkali-kali saya disuruh untuk menarik nafas dalam-dalam dan mengejan sekuat tenaga, ada benda yang mengganjal di kemaluan, kata bidan tinggal sedikit lagi, ternyata bayi masih terbungkus ketuban. Bungkus ketubas dipecah oleh Bu bidan, dan saya merasakan air menggenang di kasur yang saya tempati, setelah mengejan beberapa kalih, akhirnya kepala bayi keluar dan langsung ditarik oleh Bu bidan, dan terdengarlah suara tangis bayi pertama kami yang begitu keras. Saya dan suami yang setia menemani persalinan mengucap syukur atas kelahiran anak pertama kami.

Tapi Allah berkehendak lain, ketika masa kontrak baru 1 tahun, tiba-tiba kami disuruh pindah rumah, karena ternyata rumah sudah dibeli oleh orang lain tanpa sepengetahuan kami. Kami sangat sakit hati dan terhina sekali. Padahal kami yang ditawari, malah orang lain yang beli tanpa sepengetahuan kami.

Kamipun ditawari rumah kontrakan baru oleh teman suami. Untuk ke sekian kalinya kami pindah rumah kontrakan di belakang kantor kecamatan lama.  Dengan sangat terpaksa, kami pindah. Kami membawa barang-barang 6ng lumayan banyak. Ketika itu anak pertama kami baru berumur 1 tahun lebih. Syukur Alhamdulillah, disini kami bisa mengontrak sampai kami punya rumah.

Kegiatan awal saya di rumah kontrakan kedua ini hanya mengurus anak, suami dan mengurus kegiatan rumah tangga, selebihkan saya hanya berkumpul dengan tetangga sembari mengawasi anak bermain. Ijasah saya yang kuliah di Jogja tidak terpakai, saya sudah berusaha mendaftar di beberapa SMA, tetapi belum ada tanggapan. 

Di suatu siang, sepulang dari mengajar, suami saya mengatakan bahwa TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar lagi mencari guru TK. Suami saya menawari saya untuk mendaftar jadi guru TK.  Saya pun langsung menjawab sanggup, karena dahulu ketika masa kuliah, ketika KKN saya pernah mengajar di TK selama 3  bulan, jadi  inshaa Allah bisa mengajar di TK. Akhirnya saya pun mendaftarkan diri jadi guru TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar, dan Alhamdulillah diterima.

Hari-hari selanjutnya saya beraktifitas di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar. Anak pertama kami, kami titipkan kepada seorang pengasuh tetangga kami. Saya mengajar di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar dari tahun 2003 sampai tahun 2009.

Pada tahun 2009, di Kantor Kementerian Agama diadakan pengangkatan PNS besar-besaran. Yang berhak diangkat adalah pegawai Wiyata bakti dengan batas Wiyata bakti tahun 2005. Saya yang Wiyata baktinya tahun 2003 pun terdaftar di database. Alhamdulillah saya ucapkan syukur yang tiada tara kepada Allah SWT.

Saya lengkapi pemberkasan CPNS dengan penuh semangat, pulang sampai malam pun saya jalani. Setelah beberapa bulan, saya dan teman-teman diundang oleh Kantor Kementerian wilayah Jawa Tengah untuk mengambil SK CPNS sekaligus sumpah jabatan, haru sekali  waktu itu. Saya ditempatkan di MI Muhammadiyah Kalibeber, 10 Km dari rumah. Saya jalani mengajar di MI Muhammadiyah Kalibeber selama 3 tahun lebih sampai tahun 2012 dengan hati yang senang, walaupun  setiap hari harus naik bus jurusan Wonosobo - Batur, kemudian disambung dengan ojek tidak mengapa. Akhirnya ijasah yang nyatanya berbeda dengan pekerjaan saya saat ini, atas ijin Allah masih bisa digunakan. Ijasah yang saya punya adalah jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, tetapi nyatanya saya harus menjadi guru kelas madrasah ibtidaiyah. Rasa syukur yang setinggi-tingginya saya panjatkan hanya untuk Allah yang telah mempermudah jalan saya menjadi PNS.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Festival Balon Udara Cappadocia Kearifan Lokal Wonosobo

RESUME PERTEMUAN KE 30

RESUME PERTEMUAN KE 7