BAB IX

 BAB IX

MENGARUNGI BIDUK RUMAH TANGGA 

A. Masa Pernikahan dan Romantikanya

Pernikahan saya dengan mas Uut dilakukan di Desa Ajibarang Wetan RT 02, RW 01, Kec. Ajibarang, Kab. Banyumas pada hari Selasa, tanggal 30 November 1999. Namun pencacatan di akta nikah dilakukan oleh KUA Kec. Ajibarang pada hari Rabu, tanggal 1 Desember 1999, dikarenakan pada tanggal 30 November 1999, KUA Ajibarang sudah tutup buku. 

Pagi dini hari, rumah dinas Mas Uut yang berada di Kelurahan Kejajar, Kab. Wonosobo  diketuk oleh beberapa orang, mereka adalah orang-orang yang disuruh oleh bapak saya untuk menjemput saya dan Mas Uut. Sore hari kemarin, kami sudah diberitahu oleh keluarga bahwa kami akan segera menikah karena ada pesan yang sangat penting ( amanat ) dari kakek bahwa kakek saya berkeinginan untuk menikah sebelum meninggal, tetapi berhubung kakek sudah meninggal dahulu, maka tradisi di Banyumas, kami harus menikah di depan jenasah kakek.

Saya yang baru tiba di rumah dinas kemarin sore, sudah siap-siap untuk menunggu jemputan dari keluarga. Kami berangkat ke Ajibarang dengan menggunakan kendaraan mini bus yang dikendarai oleh Bapak Ahmad Amin, tetangga saya di Ajibarang.

Selama di kendaraan, kami banyak diamnya, perasaan saya nggak karuan antara senang dan sedih. Senang karena mau menikah dengan pujaan hati tetapi dilain hati sedih karena ditinggal oleh kakek selama-lamanya.

 Sampai di Ajibarang hampir subuh, semua rombongan langsung menuju ke masjid untuk melihat jenasah kakek dan menyolatkan jenasah kakek. Tiba waktu subuh, kami sholat berjamaah bersama. Setelah sholat saya dan Mas Uut berpisah, untuk menyiapkan akad nikah. 

Tepat jam 8, keluarga Mas Uut dan keluarga saya sudah berkumpul di masjid. Saya dan Mas Uut hanya mengenakan baju biasa, karena tidak ada persiapan untuk akad nikah. Hal itu tidak menyurutkan niat kami untuk melangsungkan pernikahan. 

Jam 8.30 seluruh anggota keluarga sudah berkumpul termasuk petugas nikah dari KUA Ajibarang. Pernikahan pun dilangsungkan tepat di depan jenasahnya kakek. Saya duduk di samping kelambu masjid, terharu ketika mas Uut mengucap ijab qobul, ada rasa bahagia yang amat sangat. Tetapi kebahagiaan itu saya tahan sebisa mungkin, karena  keluarga besar saya sedang berduka.

Selesai prosesi ijab qobul, upacara pemakaman jenasah kakek dilakukan. Kami semua berdiri di depan masjid untuk menghormati jenasah kakek untuk terakhir kalinya. 

Usai upacara pemakaman, keluarga besar Mas Uut berkumpul sekaligus bertakziyah di rumah saya.  Mereka saling mengakrabkan diri. Kami menghabiskan waktu di Ajibarang selama 2 hari, sambil menunggu surat nikah selesai. 

Hari-hari selanjutkan kami lalui di rumah dinas Mas Uut. Karena saya masih kuliah dan tinggal menyelesaikan skripsi, maka saya sering ke Jogja untuk menyelesaikan kuliah. Di awal-awal pernikahan kami sengaja memakai KB kalender biar tidak membahayakan rahim. Akhirnya setelah 7 bulan skripsi punya saya selesai dan wisuda. Selanjutnya saya tinggal dengan suami di daerah Kecamatan  Kejajar, Kabupaten Wonosobo. 

Ekonomi kami diawal pernikahan masih sangat memprihatinkan. Gaji suami yang tidak seberapa, tetap kami syukuri. Alhamdulillah, untuk urusan beras kami sudah dapat dari pemerintah, tinggal mengatur lauk dan sayur dengan sisa gaji suami. Kami juga bersyukur, hidup di desa yang mata pencaharian penduduknya bertani, sayuran hampir tidak pernah beli. Banyak tetangga yang memberi. 

Kehidupan kami pun tidak berjalan mulus, banyak aral melintang yang menghadang. Di mulai dari rumah dinas yang digusur untuk membuat kecamatan.  Kami pun pindah ke rumah dinas yang lain, tetapi Allah masih menguji kami, rumah dinas yang kami tempati pun digusur lagi untuk membuat lapangan. Kami berpikir, mungkin apabila kami pindah rumah kontrakan akan aman. Dengan berbagai pertimbangan kami pindah rumah kontrakan, hanya berlangsung 1 tahun, kami mendengar bahwa rumah yang kami kontrak sudah dibeli orang lain, padahal yang punya rumah kontrakan sudah janji untuk menjual rumah itu pada kami. Sakit hati tentunya, cuma di PHP oleh pemilik kontrakan. Kami akhirnya mencari kontrakan teman dekat yang lebih dipercaya, disinilah kami mengontrak sampai mendapatkan rumah milik sendiri. 

Pada tahun 2003, kami kedatangan temannya suami, Pak Suprapto namanya. Beliau menawarkan rumah miliknya untuk dijual kepada kami. Pak Suprapto dan istrinya mau pindah rumah yang lebih hangat di kota. Dengan pertimbangan yang matang dan sedikit menawar harga rumah, akhirnya rumah berhasil kami beli. Dengan DP rumah yang saya minta dari bapak saya, dan sisa kekurangan kami pinjam di Bank  BRI, akhirnya kami memiliki rumah, walaupun kecil, tetapi di sebelah rumah masih ada sisa tanah yang bisa kami manfaatkan untuk bercocok tanam.

Hari Rabu, tanggal 19 Juli 2023 bertepatan dengan tanggal 1 muharom 1445 H, kami resmi pindah ke rumah baru yang berada di Dusun Rejosari RT 01 RW 01 Desa Tambi Kec. Kejajar Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah. Betapa bahagia hati kami menempati rumah baru punya sendiri. Rumah kecil mungil yang hanya mempunyai 2 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga + ruang makan, 1 dapur dan 1 kamar mandi serta 1 ruang untuk tempat kandang ayam. Disamping rumah masih ada sepetak tanah yang terdapat 1 buah kolam ikan, 1 buah pohon jambu biji dan beberapa pohon pisang.  

Rumah itu kami beli dengan harga 28 juta yang dibayar dengan 2 kali pembayaran. Pembayaran pertama untuk DP sebanyak 2 juta. Uang DP kami peroleh dengan meminta kepada bapak saya. Kemudian pembayaran yang kedua pelunasan 26 juta, kami peroleh dari meminjam ke Bank BRI.

Ketika kami pindah rumah ke Rejosari, banyak tetangga Rejosari yang terkaget-kaget, mereka ketakutan dengan kepindahan kami. Menurut kepercayaan masyarakat Rejosari, tidak boleh pindah rumah, menikah, dan mengadakan hajatan di bulan Muharram atau bulan suro. Katanya akan mendatangkan celaka dan bencana bagi rumah tangga.  Ketika kami mengirim makanan sukuran atas kepindahan rumah, mereka banyak yang bertanya kepada kami, apa tidak takut pindah rumah di bulan suro, saya tersenyum dan menjawab, kami percaya semua bulan adalah bulan baik, tidak ada bulan baik atau bulan jelek, apalagi ini bulan Muharram merupakan bulan suci, jadi kami tidak percaya dengan adanya kepercayaan bahwa pindah rumah di bulan suro membahayakan. Setelah mendengar jawaban saya, para tetangga merasa lega, karena yang menjalani pindah rumah tidak percaya dengan yang mereka khawatirkan.

B. Usaha Ekonomi Penopang Keluarga 

     Keadaan ekonomi keluarga saat baru pernikahan sangat sulit. Gaji suami yang pegawai negeri sipil pada tahun 1999 sangatlah rendah. Bahkan gaji satu bulan yang diterima suami lebih kecil dibandingka uang saku yang biasa diberikan orangtua saya ketika kuliah. Terapi hal itu tidak menyurutkan niat saya untuk mengabdi pada suami, mencari ridho Allah melalui pernikahan. Alhamdulillah sekali, orang tua tidak menyetop uang kuliah tiap bulan setelah saya menikah, masalahnya saya masih harus menyelesaikan tugas skripsi yang belum selesai. Karena hal itulah, kami sering berpisah untuk sementara waktu mengerjakan skripsi di Jogja, sementara suami mengajar di Wonosobo. Kamipun menggunakan KB kalender agar kuliah tidak terganggu dengan hadirnya anak. KB kalender adalah KB yang menggunakan masa kesuburan dan disesuaikan dengan kalender, sehingga perhitungannya tepat, kapan masa subur dan kapan masa tidak subur.

Waktu terus berganti, saya kembali berkutat mengerjakan skripsi dengan semangat. Setelah 7 bulan, skripsi pun berhasil terselesaikan, dilanjutkan dengan wisuda. Saya pun kembali ke Wonosobo dan menjalani hari-hari indah bersama suami.

 Untuk meningkatkan penghasilan, suami pernah punya usaha pembibitan kentang, Sesuai dengan daerah kami yang rata-rata mata pencahariannya adalah bertani kentang dan sayur mayur lainnya. Di daerah kami banyak sekali yang membuat pembibitan kentang, suami dan rekan kerja yang berbeda desa bekerja sama untuk mengirim bibit kentang ke daerah Bumiayu dan sekitarnya. Suami saya menyetor uang untuk usaha itu, sementara temannya yang mengantar ke tempat tujuan. Kadang kala suami ikut mengantar barang juga ke luar kota, ketika sekolah libur. Kerja sama berjalan lancar beberapa saat, tetapi ditengah perjalanan, entah karena penyebab apa, usaha kian tersendat, bibit kentang banyak yang dihutang dan uang tidak kembali. Akhirnya suami saya terpaksa berhenti usaha bibit kentang dan mencoba fokus mengajar di sekolah dan mendedikasikan hidup seutuhnya di sekolah.

Setelah anak pertama kami lahir, saya mengutarakan keinginan saya untuk bekerja. Suami pun mengijinkan. Berbagai surat lamaran ke sekolah-sekolah kami layangkan, tetapi tidak ada satupun yang diterima. Saya juga sempat mendaftar di perusahaan Indomie yang baru berdiri di daerah kami, meskipun ijasah saya pendidikan, tetapi saya tetap usaha, siapa tahu membawa hasil. Lagi-lagi lamaran saya ditolak. Akhirnya saya berhenti melamar pekerjaan, fokus merawat anak dan keluarga.

Ketika sudah tidak fokus ingin bekerja, adik suami mengabarkan bahwa ada sekolah taman kanak-kanak yang sangat membutuhkan guru karena semua gurunya diangkat menjadi guru bantu. Jadilah saya melamar di Taman kanak-kanak tersebut. Tidak lama kemudian saya mendapat kabar diterima, dan besoknya saya langsung ke sekolah untuk mengajar. Selanjutnya hari- hariku saya isi dengan bermain dengan anak-anak yang lucu dan lugu di Taman Kanak-kanak Aisyiyah Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Saya ngajar di TK Aisyiyah Kejajar dari tahun 2003 sampai tahun 2009. Di tahun 2009 saya mendapat panggilan dari Kemenag menjadi Pegawai Negeri Sipil ( PNS ) sampai sekarang. Semenjak menjadi pegawai Kantor Kementerian Agama Kabupaten Wonosobo saya dipindah tugaskan di Madrasah Ibtidaiyah ( MI ). Di mulai dari bertugas di MI Muhammadiyah Kalibeber (2009-2012), Berlanjut ke MI Muhammadiyah Kejajar ( 2012-2017), kemudian di MI Ma'arif Serangsari ( 2017- sekarang ).



 

C. Anak-Anak Sholeh Buah Cinta Kami 

Kami menikah pada tanggal 30 November 1999, dan dikaruniai 3 anak yang Sholeh. Mereka lahir di tempat dan tenaga medis yang berbeda-beda. Anak pertama kami  Muhammad Ariiq ( laki-laki), anak kedua Aan Taufiqul Haq ( laki-laki) dan anak yang ketiga Fardian Haris Pramudya ( laki-laki).

1. Muhammad Ariiq 

a. Kelahiran Muhammad Ariiq 

Muhammad Ariiq lahir pada tanggal 3 Mei 2001 di Kabupaten Wonosobo, tepatnya di Dusun Sidoharjo Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah. Ariiq nama panggilannya. Ariiq lahir di rumah kontrakan sederhana, yang merupakan rumah ketiga kami tinggal setelah menikah, 2 rumah sebelumnya merupakan rumah dinas yang ditempati khusus bagi pegawai negeri sipil ( PNS ). Kami pindah ke rumah kontrakan sederhana itu ketika usia kehamilan 9 bulan, rumah dinas yang kami tempati digusur akan digunakan untuk membuat lapangan.

Kami menempati rumah kontrakan di dusun sebelahnya, rumahnya bagus berkeramik dan dibagian atas belakang tingkat 2, tempat untuk menjemur dengan satu bagian ruangan untuk menaruh pakaian apabila cuaca hujan. Kami bersyukur, meskipun masih mengontrak tetapi rumahnya lebih bagus dari rumah dinas. 

Malam itu saya merasakan perut sudah tidak enak, saya tidak bisa tidur, rasanya sakit sekali. Saya mencoba menahannya, kata orang-orang, apabila belum sakit banget, bayi belum mau keluar. Akhirnya saya nunggu pagi untuk memeriksakan ke bidan terdekat. Pagi menjelang, dengan diantar suami, kami mendatangi bidan terdekat. Setelah diperiksa ternyata masih pembukaan satu, kami disuruh untuk pulang dulu dan disuruh berjalan - jalan agar kelahiran lancar. Selama sehari saya berusaha untuk jalan-jalan, hanya berhenti apabila capai saja. Sore harinya kami kembali ke Bu bidan musqodimah, sampai disana diperiksa lagi ternyata masih pembukaan 1 lagi, pengin nangis rasanya. Padahal sakitnya terus menerus, hampir sehari semalam pembukaan masih 1. Bu Musqodimah mengatakan bahwa ini wajar saja, apalagi cairan yang ada di rahim belum keluar, jadi masih aman. Kami putuskan untuk pulang lagi. Malam hari pun saya lalui dengan jalan-jalan di rumah dan tidak bisa tidur sama sekali. 

Keesokan harinya, saya diajak periksa lagi di pagi hari, tetapi saya tidak mau. Kami kembali ke rumah Bu bidan setelah sholat asar. Sampai sana langsung diperiksa dan pembukaan sudah bertambah menjadi 3, betapa senangnya hatiku. Selanjutnya saya di suruh tidur miring untuk mempercepat pembukaan, sekaligus untuk istirahat agar nanti tidak kehabisan tenaga. 

Semakin sore, rasa sakit semakin menjadi. Saya merasa menguat terus menerus, sekitar jam 5 lebih, saya merasa pengin buang air besar. Saya pamitan sama Bu bidan untuk ke kamar kecil, tetapi tidak diperbolehkan, malah Bu bidan siap-siap memakai peralatan pemeriksaan dari memakai baju periksa, masker dan kaos tangan. Saya disuruh untuk ganti posisi, kaki saya ditekuk dua-duanya, katanya ini saatnya untuk melahirkan.

Saya hanya pasrah mengikuti perintah Bu bidan, setelah berkali-kali menguat dengan rasa sakit yang tiada tara. Entah berapa kali saya meremas tangan suami sambil menahan rasa sakit. Saya minta maaf pada suami, mungkin dia kesakitan ketika tangannya dipakai pegangan ketika rasa sakit itu datang bertubi-tubi. Akhirnya terdengar suara tangis bayi laki-laki. Saya bersamaan dengan suami mengucap syukur berbarengan. Suami saya memeluk saya dan mengucap terima kasih pada saya karena telah berusaha untuk sabar dalam kelahiran. Sayapun hanya mengangguk bahagia. Rasanya plong telah melahirkan anak laki-laki yang sehat dan lucu. Saya merasakan anugerah Allah yang terindah yang telah Allah berikan pada saya selama hidup. 

 Muhammad Ariiq anak kami yang pertama hidup dengan berpindah-pindah rumah. Masa bayi di rumah kontrakan pertama di desa Kejajar Barat. Ketika umur 1 tahun lebih pindah kontrakan lagi di Kejajar Tengah, baru pada umur 2 tahun pindah ke rumah sendiri yang berada di Dusun Rejosari, Desa Kejajar.

b. Masa Sekolah Muhammad Ariiq 

Muhammad Ariiq mulai sekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar pada tahun 2004. Setelah 2 tahun sekolah, melanjutkan ke MI Muhammadiyah Kejajar selama 6 tahun. Ariiq meneruskan di pondok sekaligus SMP di Pondok Zam-Zam Cilongok Banyumas selama 1 tahun, kemudian karena beberapa hal, Ariiq keluar dari pondok dan meneruskan sekolah SMP nya di SMP Muhammadiyah 6 Tieng, Kejajar, Wonosobo. Jenjang SMA di tempuh di SMAN 2 Wonosobo. Setelah tamat SMA, Ariiq melanjutkan kuliah lagi di Universitas  Negeri Sebelas Maret


2. Aan Taufiqul Haq 

a. Kelahiran Aan Taufiqul Haq 

Aan Taufiqul Haq lahir di dusun Rejosari, Desa Tambi, Kecamatan Kejajar pada hari Rabu tanggal 27 April 2005.

Aan nama panggilannya lahir di Dusun Rejosari Tambi, pagi itu di rumah kecil milik kami yang berada dibawah pohon bambu, saya merasakan tanda-tanda kelahiran, kami memeriksakan diri ke bidan setempat untuk memastikan bukaan kelahiran berapa.  Seperti kelahiran anak pertama, setelah merasakan pembukaan lahir yang begitu sakit ternyata hanya baru bukaan 1 saja, tetapi Ibu Salamah sebagai bidan desa mengatakan bahwa kandungan masih aman karena air ketuban belum pecah. 

Kami pun pulang kembali, menunggu pembukaan dan sakit yang sangat baru kami akan pergi ke rumah bidan lagi. Saya di rumah hanya jalan2 dan istirahat. Menjelang sore hari, sakitnya sudah bertambah dan waktu sakit sudah dekat antara 15 menitan. Akhirnya kami memutuskan untuk berangkat lagi ke rumah Bu bidan. Sampai di sana di periksa Bu bidan dan disuruh untuk menunggu pembukaan sempurna. Saya di rumah Bu bidan Salamah tidak sendirian, ada beberapa tetangga yang mengetahui kalau saya mau melahirkan menemani saya sampai anak kedua lahir.

Waktu hampir maqrib tetapi pembukaan belum sempurna, saya menunggu dengan cemas. Beberapa saat kemudian, Bu bidan masuk dan mengecek pembukaan kelahiran, ternyata sudah membuka sempurna, saya pun dibimbing untuk melahirkan dengan diberi semangat dalam mengejan. Alhamdulillah, bertepatan dengan azan maqrib lahirlah anak kami yang kedua dengan jenis kelamin laki-laki. Puji sukur kami panjatkan atas segala anugerah yang telah diberikan pada kami.

Tetapi tiba-tiba, keributan kecil terjadi ketika Bu bidan mau membersihkan bayi kami, saya dengar Bu bidan menjatuhkan beberapa peralatan kelahiran, saya juga ikut panik dan bertanya ada apa, ternyata tali pusar melilit leher bayi, makanya harus cepat - cepat disingkirkan agar jalan nafas bayi tidak tertutup, hal itu menyebabkan Bu bidan agak gugup.

Pembersihan bayi  dan saya pun selesai. Saya disuruh istirahat karena tenaga yang dikeluarkan sudah terkuras. Saya berbisik ke suami untuk mencarikan makan nasi, entah mengapa tiba-tiba saja ingin makan nasi, padahal selama hamil sampai melahirkan saya tidak doyan nasi bahkan sekedar melihat saja, saya pengin muntah. 

Pucuk dicinta, ulam pun tiba, Bu bidan masuk ke kamar bersalin dengan membawa nasi dan lauk pauk. Saya pun tersenyum bahagia, dan langsung makan dengan lahap hidangan tadi. 

Setelah sholat isya kami bersiap-siap untuk pulang. Saya membonceng sepeda motor dengan suami, sementara bayi kami digendong Mbok Isur dengan jalan kaki. 

Anak kedua kami diberi nama Aan Taufiqul Haq yang mempunyai arti " Kekuatan yang mempunyai kebijaksanaan untuk mencapai kebenaran".

b. Masa Sekolah Aan Taufiqul Haq 

Aan Taufiqul Haq pertama kali merasakan bangku sekolah di Sekolah Paud Al Amin Kejajar, Wonosobo. Selesai dari paud, Aan melanjutkan sekolahnya di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Sekolah dasar ditempuh di MI Muhammadiyah Kejajar, Kabupaten Wonosobo. 6 tahun belajar disana, kemudian melanjutkan SMP Muhammadiyah yang terdekat yaitu di SMP Muhammadiyah 6 Tieng, Kejajar, Kabupaten Wonosobo. SMA baru ditempuh di kota Wonosobo yang agak jauh dari rumah yaitu di SMA Muhammadiyah Wonosobo.

Tahun kemarin sudah lulus dari SMA, cita-citanya akan meneruskan di universitas negeri dengan jurusan managemen, tetapi Allah berkehendak lain, tahun kemarin belum diterima dan sekarang mulai belajar lagi untuk meraih universitas yang diinginkannya, semoga terkabul anakku, aamiin.

3. Fardian Harus Pramudya 

a. Masa Kelahiran Fardian Haris Pramudya 

Fardian Haris Pramudya yang sering dipanggil dengan Iyan, merupakan anak ketiga kami. Dia lahir di Wonosobo pada hari Sabtu tanggal 21 April 2012, bertepatan dengan peringatan hari Kartini, makanya dulu dokter yang membantu persalinan mengatakan bahwa anak ibu Kartono bukan Kartini. 

Proses kelahiran Iyan termasuk yang paling cepat hanya 2 hari merasakan sakit dibanding dengan kakak - kakaknya yang mencapai 3 hari 3 malam dalam masa pembukaan. Mungkin karena belajar dari pengalaman jadi kami cepat mengambil solusi proses persalinan.

Kami minta ijin kepada bu bidan untuk pindah penanganan kelahiran ke rumah sakit bersalin yang ada di kota Wonosobo. Bu bidan mengijinkan karena melihat riwayat kelahiran yang terdahulu yang tergolong lama. 

Kami pun bersiap-siap untuk menuju ke Rumah Sakit Ibu dan Anak Adina yang berada di Wonosobo. Sesampainya di rumah sakit jam 08.00, saya langsung diperiksa dan dokter memutuskan untuk memberi obat pacu, biar  pembukaan kelahiran cepat. 

Saya menempati ruangan sementara yang berisi dua orang, di sebelah saya ada seorang ibu yang juga mau melahirkan. Dia sudah merasakan kontraksi dari kemarin dan sudah diberi obat pacu dari semalam, tetapi saya lihat dia masih biasa saja, belum ada tanda-tanda kelahiran sudah dekat. Kami pun ngobrol banyak untuk mengisi waktu penantian kelahiran. 

Waktu berlalu setengah jam dari saya diberi obat pacu, saya rasakan perut melilit dan menghilang, begitu seterusnya sampai waktu hampir menjelang sore. Sekitar jam 3 sore saya mulai merasakan kontraksi hebat yang bertubi-tubi. Kebetulan ada banyak teman yang menjenguk saya, mereka tanpa sengaja melihat mobil kami terparkir di RS. Adina, jadi sekalian mereka menjenguk. Saya berkali-kali minta maaf kepada mereka karena keadaan saya sudah tidak karuan. Mereka pun memaklumi. Jam setengah 4 sore, saya dibawa ke ruang bersalin, dengan dibantu oleh dr. Agung dan ditemani oleh suami saya, akhirnya anak kami yang ketiga lahir ke dunia dengan selamat, sehat fisik dan mentalnya pada jam 4 sore. 

Detik-detik setelah melahirkan begitu mendebarkan, tiba- tiba dokter bertindak cepat membalik tubuh bayi kami ( kepala bayi berada dibawah sementara kakinya di atas dipegang oleh pak dokter), bayi kami dipukul-pukul agak keras, suami saya yang penasaran bertanya mengapa dilakukan tindakan itu, dokter berkata biar bayi menangis kenceng, dengan menangis kenceng makan semua organ dari hidung, telinga, mata jadi terbuka, dan tidak mengalami kelainan atau kecacatan. Setelah dipukul-pukul beberapa kali, bayi saya menangis keras sekali. Dokter pun tersenyum dan menyerahkan bayi saya ke suster untuk dibersihkan dan diputus tali pusarnya.

Bayi saya dibawa keluar oleh suster ke ruangan lain. Dan saya akan dibersihkan oleh suster satunya. Masih terdengar jeritan tangis anak saya, kasihan juga, tetapi saya tambahkan hati demi kebaikan bayi itu sendiri. Setelah dibersihkan, saya dibawa ke ruang perawatan. Sebenarnya ruangan perawatan saya di kamar VIP, tetapi karena penuh, maka satu kamar yang harusnya diisi dua orang di sulap jadi kamar VIP dan hanya ditempati saya sendiri. 

Setelah menunggu seperempat menit, bayi saya dibawa ke ruangan untuk disusui. Betapa bahagianya saat itu, walaupun yang lahir anak laki-laki lagi, tetapi kami tetap bersyukur. 

b. Masa sekolah Fardian Haris Pramudya 

Fardian Haris Pramudya yang sering dipanggil Iyan pertama kali sekolah di Playgrup Al Amin Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Iyan diasuh dan ditunggui sekolahnya oleh Pengasuh Rumah tangga yang cekatan dan baik hati. Dia bernama Mbok Isur. Iyan memanggil pengasuhnya dengan Mamak, suatu panggilan layaknya anak pada ibunya sendiri.  Iyan pisah dengan mamaknya ketika mau naik kelas 3 MI. Tetapi silaturahmi tetap terjaga, ketika hari libur, Iyan sering kali menginap di rumah mamak. 

Setelah selesai Playgrup, Iyan melanjutkan sekolahnya di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar, Kabupaten Wonosobo selama 2 tahun. MI Muhammadiyah Kejajar merupakan pilihan pasti setelah dari TK Aisyiyah Bustanul Athfal Kejajar. Iyan mengenyam bangku sekolah di MI Muhammadiyah Kejajar hampir 6 tahun, sekarang Iyan sudah di kelas 6 di semester akhir. Sebentar lagi selesai di MI. Iyan bercita-cita untuk melanjutkan sekolah di SMP Muhammadiyah Wonosobo boarding schooll sekaligus mondok disana. Bismillah, semoga tercapai cita-citanya, aamiin.


D. Pola Pendidikan di Rumah Tangga Kami 

Pola pendidikan di rumah tangga kami berdasarkan pola agama Islam. Saya dan suami beragama Islam, sebenarnya kedalaman agama kami biasa - biasa saja, hanya saja Allah menghendaki kami menempati rumah yang lingkungan sekitar agamis, jadi pola pikir kami mengikuti kebiasaan adat sekitar. Di lingkungan kami, kebiasaan agama sangat kental, ditambah lagi dengan kegiatan organisasi yang kami ikuti yaitu kegiatan organisasi kemuhmadiyahan, semakin memperkuat kami dalam menerapkan pola agama di rumah tangga kami.

Setiap hari kami disibukkan dengan kegiatan agama seperti pengajian rutin, musyawarah organisasi sampai bakti sosial dan menggalang dana. Anak-anak kami pun kami sekolahkan di sekolah yang berbasis agama, khususnya sekolah Muhammadiyah.

Semua anak kami sekolah di TK Aisyiyah Bustanul Athfal, kemudian melanjutkan ke Madrasah ibtidaiyah muhammdiyah dan SMP dan SMA pun mereka tetap di  SMP / sma Muhammadiyah.

Sedari kecil anak-anak kami sudah diajarkan tentang ibadah, ibadah sholat dan puasa sudah diterapkan dari kecil. Ibadah sholat selalu kami terapkan dari kecil sebelum masuk sekolah. Mereka kami biasakan bangun pagi untuk melaksanakan sholat subuh, bahkan ketika mereka kecapaian dan matanya sulit dibuka, kami rela menggendongnya menuju ke kamar mandi untuk berwudlu dan kemudian melaksanakan sholat. Kami tidak bosan-bosan mengingatkan sholat lima waktu ketika  waktunya tiba. Begitu pun dengan  puasa, anak-anak kami sudah dilatih dari usia TK, kami dengan sabar membangunkan sahur walaupun kadang mereka harus kami suapi makan karena tidak bisa menehan kantuk. Di awal-awal bulan puasa, anak-anak kami biasanya lemes dan tidak berdaya, untuk melupakan rasa laparnya, kami mengajak mereka berjalan-jalan di kota sambil membeli makanan untuk berbuka puasa. bahkan kami rela menggendong mereka kesana kemari agar tidak buka puasa. Ketika perjalanan mudik pun, kami jaga puasa anak-anak kami agar tidak batal, termasuk ketika sudah berada di rumah kakek nenek, mereka kami larang untuk keluar rumah ketika siang hari, karena cuaca yang panas sekali. Ahirnya perjuangan kami tidak sia-sia, mereka kuat berpuasa sebulan penuh.


E. Target Hidup Rumah Tangga Kami 


Target rumah tangga kami terbentuk melalui perjalanan panjang pernikahan kami. Ada banyak peristiwa yang melatarbelakangi target hidup yang ingin kami raih. Berawal dari kebiasaan masa kecil kami dan lingkungan yang membesarkan kami di Ajibarang, yang ternyata banyak sekali hal yang tidak sesuai dengan hati nurani kami, diantaranya adalah lingkungan yang bobrok ( judi, mabuk ) menjadi pemandangan setiap hari, sampai anak-anak yang dibiarkan tanpa hijab, tanpa sholat, membuat masyarakat semakin jauh dari agama. Hingga saat ini, kami hijrah di daerah yang penuh kedamaian, tidak hanya udayanya yang super sejuk, tetapi mayarakatnya juga sejuk, tentram, adem ayem, ramah tamah dan saling membantu. 

Target hidup rumah tangga kami diantaranya adalah:

1. Beribadah hanya kepada Allah SWT

2. Mempunyai anak dan keturunan yang Sholeh Sholehah 

3. Kehidupan yang tentram dan sejahtera di hari tua 

4. Ekonomi keluarga yang semakin baik dan lancar 

5. Haji dan umrah dengan badan yang sehat 

6. Melihat anak-anak hidup bahagia dunia dan akherat dengan pasangannya 

7. Husnul khotimah di akhir hidup kami, aamiin.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAB VI MELANGKAH KE JENJANG PERNIKAHAN

KENANGAN MASA KECIL

RESUME PERTEMUAN KE 23