Postingan

BAB VIII

 BAB VIII SUKA DUKA GURU MADRASAH  Peralihan dari guru TK menjadi guru MI merupakan tantangan tersendiri bagi saya. Saya harus menyesuaikan tingkat umur dan kelakuan siswa yang tentunya jauh berbeda antara siswa TK dan siswa MI. Tentu saja saya memperlakukan mereka juga berbeda. Untuk siswa TK, saya harus banyak bersabar dan banyak membantu aktifitas mereka dalam pembelajaran, media ajar pun harus betul-betul sudah dipersiapkan oleh guru, berbeda dengan siswa MI, mereka sudah bisa diajak bekerja sama  dan mereka tidak mau dianggap anak kecil, untuk proses pembelajaran pun mereka bisa mempersiapkan media pembelajaran tentunya  dengan arahan dari guru.  Mengajar siswa di daerah pedesaan dan di kota pun juga berbeda, kalau di pedesaan , guru harus pinter-pinter menterjemahkan ke dalam bahasa daerah, karena kebanyakan yang dipakai untuk bahasa sehari-hari adalah bahasa daerah yaitu bahasa Jawa, sedangkan untuk siswa di daerah kota, guru cukup menggunakan bahasa Indonesia, bahkan apabila gu

BAB VII

 BAB VII KISAH PERJALANAN MENJADI PAHLAWAN TANPA TANDA JASA  Setelah menikah, kami telah tinggal di Ajibarang, Kabupaten Banyumas hanya 2 hari, sekedar mengurus perlengkapan nikah yang belum selesai. Selanjutnya kami berangkat ke Wonosobo, tepatnya di rumah dinas pendidikan Kabupaten Wonosobo, di Dusun Wonosari, Desa Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Rumah kecil yang sangat sederhana dengan perabotan seadanya, kami arungi kehidupan rumah tangga dengan suka cita.  Saya menghabiskan waktu satu Minggu bersama suami di desa nan sejuk dan asri, selanjutnya kami berpisah untuk sementara waktu, karena saya masih mempunyai tugas untuk menyelesaikan tugas akhir  skripsi. Saya terpaksa memakai KB kalender untuk menghindari kehamilan, karena tugas akhir yang belum selesai. Saya hanya akan menemui suami apabila di jadwal kalender  benar-benar aman artinya masa subur saya sudah berlalu. Hal itu kami lakukan hampir selama 7 bulan. Selama 7 bulan, saya berjuang menyelesaikan skripsi sekaligus ujian skrips

BAB VI MELANGKAH KE JENJANG PERNIKAHAN

  BAB VI  MELANGKAH KE JENJANG PERNIKAHAN Awal perkenalan saya dengan suami ketika  masa SMA kelas 3. Sebenarnya saya dan suami bertetangga beda desa, cukup dekat sekitar 500 meter dari rumah saya. Tetapi karena suami saya bersekolah di luar kota dan langsung bekerja, jadi jarang pulang dan tidak pernah bertemu sama sekali. Pada tahun 1994, suami saya disuruh pulang untuk menemani ibunya karena adik-adik perempuannya sudah menikah dan mengikuti suami mereka. Sejak saat itu, suami saya mulai bekerja serabutan dari berjualan tas, dompet, sampai perhiasan rambut bahkan bekerja di perusaan roti rumahan dan tukang las listrik pun dijalani. Di sela-sela kesibukan bekerja, suami saya sering bermain ke kampung sebelah dan sering bermain di rumah bulik saya. Qodarullah saya pun hampir setiap hari bermain dirumah bulik untuk membantu menata barang dagangan punya bulik. Dari sinilah perkenalan saya dan suami bermula.

TIDAK MAKAN BERLEBIHAN SAAT BUKA PUASA

 "Bunda, besok kita mulai puasa kan?" Tanya Bagas pada bundanya. " Iya, sayang. Kamu sudah siap puasa  satu bulan penuh?" Tanya bunda Bagas. "Insha Allah bunda, do'akan Bagas ya semoga kuat sampai akhir." Jawab Bagas penuh semangat. " Iya...bunda selalu mendoakan semoga anak bunda yang Sholeh kuat puasa 1 bulan, tahun lalu kan kamu hanya 1 hari tidak kuat puasa, itupun hari pertama, sekarang kamu sudah besar pasti sudah kuat deh puasa sampai akhir." Jawab bunda Bagas menyemangati. "Iya bunda, inshaa Allah" jawab Bagas. Keesokan harinya, Bagas berpuasa dengan penuh semangat. Ba'da duhur Bagas merasa agak lemas. "Bunda... Bagas minta uang 20 ribu boleh? Mau beli jajan buat persiapan buka puasa"  " Mau beli jajan apa begitu banyak?" Tanya bunda Bagas. " Bagas mau beli seblak 5000, eh buah 5000, pisang krispi 5000, dan yang 5000 untuk beli ciki".  "Banyak sekali jajannya, apa nanti muat di perut ka

BAB V

 BAB V SUKA DUKA MENIMBA ILMU DI KOTA PELAJAR Masa-masa indah SMA telah berlalu, kini masanya untuk berjuang kembali meraih asa dan masa depan yang masih tanda tanya. Saya pergi ke Jogjakarta diantar bapak. Saya dan bapak saya sama-sama buta akan kota Jogja, sama sekali belum pernah menginjakkan kaki di kota pelajar tersebut. Kami berangkat dari rumah jam 12 malam. Kebetulan rumah saya ada di kota kecamatan yang biasa dilewati bus yang berasal dari Tegal, Bandung dan Jakarta. Jam berapa pun kami bisa naik bis menuju kota Purwokerto. Kami mendapatkan bus jurusan Bandung yang mau menuju ke purwokerto. Di Kota Purwokerto terdapat terminal bis yang menyediakan angkutan antar kota antar provinsi dengan sangat lengkap, termasuk jurusan ke Jogja yang ada jam pemberangkatan setiap 1 jam sekali. Sesampainya di Terminal Purwokerto, saya dan bapak mencari bus jurusan Jogjakarta, dan langsung ketemu bus yang terparkir di deretan terminal. Setelah memastikan bus yang mau kami tumpang benar, kami na

Masa-masa Indah di SMA

  BAB IV  Masa-masa Indah Di SMA  Selepas dari SLTP, saya bingung sendiri, mau melanjutkan apa tidak, sebab kakak tertuaku hanya sekoah sebatas SMP. Tetapi apabila tidak meneruskan saya sayang dengan nilai yang telah diraih. Lumayan bagus, sayang kalau tidak meneruskan kata tetangga. Saya pun juga sayang, tetapi melihat kondisi ekonomi keluarga saya tidak tega mau melanjutkan sekolah ke SMA.  Pada waktu yang bersamaan saya juga mendapat undangan untuk masuk ke SMA swasta yang ada di sekitar Kecamatan Ajibarang dan sekitarnya. Saya semakin galau. Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengatakan keinginan saya kepada orang tua. Orang tua hanya menyetujui sembari berdoa semoga bisa membiayai. Tetapi pesen orang tua saya, saya hanya boleh sekolah di Kecamatan Ajibarang dan kalau bisa yang negeri biar biayanya ringan. Saya pun bersorak Sorai, mendengar jawaban orang tua saya.  Apabila persyaratan sesuai dengan keinginan orang tua saya, maka saya hanya berkesempatan untuk sekolah di SMA N Aj

BAB III Berjuang Diantara Gemerlap Bintang

 Nilai ebtanas saya bagus dan tertinggi di sekolah. Walaupun hanya bernilai 33, 14  tetapi nilai itu menjadi nilai terbaik di sekolahku waktu itu. Bapak dan ibu guru menyemangati saya untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi. Mereka juga menyampaikan pesan itu kepada bapak saya. Bapak saya jadi bersemangat untuk menyekolahkan saya ke SLTP. Di Kecamatan Ajibarang , Kabupaten Banyumas hanya ada 5 SLTP yang bisa saya masuki. SLTP Negeri 1 Ajibarang, SLTP Negeri 2 Ajibarang, SLTP Negeri 3 Ajibarang, SLTP Muhammadiyah Ajibarang dan SLTP Ma'arif NU Ajibarang.  SLTP Negeri 1 Ajibarang, Kabupaten Banyumas merupakan SLTP yang terfavorit waktu itu. Untuk bisa masuk ke SLTP Negeri 1 Ajibarang harus mampu bersaing dalam hal nilai ujian ebtanas ( NEM ). SLTP Negeri 1 Ajibarang menerima siswa kelas 1 sejumlah 6 kelas, tiap kelas berisi 40 siswa. Kalau dijumlahkan SLTP Negeri 1 Ajibarang menerima jumlah siswa kelas 1 sejumlah 240 siswa. Cukup banyak sebenarnya. Tetapi untuk masuk ke SLTP N 1